Pentingnya Pengaturan Diet Bagi Penderita Diabetes Mellitus

Thursday, March 27, 2008

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif menahun (kronis) yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi nilai normal karena tubuh tidak mampu memanfaatkan glukosa darah. DM adalah penyakit menahun (kronis) yang disebabkan karena kekurangan hormon insulin, baik relatif maupun absolut, atau terdapat gangguan fungsi insulin. Defisiensi insulin ini disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi pankreas.

Penggunaan insulin untuk penderita DM dapat mencegah atau mengatasi koma diabetik. Namun belakangan diketahui bahwa yang dapat dikurangi hanya bahaya dan komplikasi diabetes akut. Komplikasi yang terjadi sebagai akibat sifat menahun penyakit ini masih belum dapat ditanggulangi. Apabila penyakit ini dibiarkan tidak terkendali, maka akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit jantung, ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis (penebalan dan pengerasan pembuluh darah arteri).

Biaya perawatan DM sangat mahal, oleh karena itu diagnosis secara dini adalah cara terbaik untuk mengendalikan penyakit kronis ini. DM yang terdiagnosis secara dini sangat memudahkan perawatannya, bahkan kemungkinan hanya perlu melakukan pengaturan makanan (diet) untuk menjaga jangan sampai terjadi kelebihan atau kekurangan konsumsi energi dan zat gizi lain.

Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif, oleh karena itu menurut teori tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penderita seperti sebelumnya terserang penyakit ini. Tujuan umum pengobatan pada DM adalah memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Oleh karena itu, pengobatan pada DM meliputi: (1) pengaturan makanan (diet) dengan memperhatikan kebutuhan gizi penderita untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala klinik; (2) obat-obatatan hipoglikemia; (3) olah raga; dan (4) pendidikan/penyuluhan untuk penderita.

Terapi diet atau pengaturan makanan bagi penderita DM secara umum bertujuan menjaga dan memelihara tingkat kesehatan optimal sehingga dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Pengaturan makanan pada penderita DM tipe I (penderita mendapat insulin) terutama ditujukan untuk menyesuaikan waktu dan jumlah makanan yang diberikan. Untuk penderita DM tipe II, pengaturan makanan terutama untuk mengembalikan berat badan penderita ke berat badan ideal. Di samping itu, pengaturan makanan pada kedua tipe juga untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Pengaturan Makanan Pada Dm Tipe I

Waktu pemberian makanan untuk penderita yang medapat insulin jenis intermediate atau long acting harus disesuaikan dengan waktu saat insulin bekerja. Bila makanan terlambat diberikan, maka saat insulin bekerja, tidak ada makanan atau makanan kurang dari seharusnya, sehingga terjadi hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal).Gejala-gejala hipoglikemia antara lain gemetar, berkeringat, lelah, lapar, gampang tersinggung, bingung, detak jantung cepat sekali, pandangan kabur, nyeri kepala, tubuh kebas, atau kesemutan di sekitar mulut dan bibir, bahkan bisa kejang-kejang atau pingsan. Sebaliknya bila makanan terlalu banyak, tidak sesuai dengan jumlah insulin yang diberikan, maka akan terjadi hiperglikemia (kadar gula darah lebih dari normal). Seringkali, menu makanan yang tepat dan waktu makan yang teratur dapat mencegah problem-problem tersebut.

Untuk mengurangi resiko terjadinya kardiovaskuler, makanan untuk semua penderita diabetes harus mempunyai kandungan lemak yang rendah. Kandungan lemak tidak boleh lebih dari 30% dari total energi dengan perbandingan antara asam lemak jenuh dan tak jenuh 1:1, dan kandungan kolesterol kurang dari 350 mg per hari.

Penderita DM dianjurkan untuk mengkonsumsi serat dalam jumlah yang cukup. Serat dalam jumlah cukup akan menurunkan kecepatan absorpsi karbohidrat serta menurunkan kadar lipid dalam serum, sehingga dapat menekan kenaikan kadar gula darah setelah makan. Selain itu juga dapat menekan kenaikan kadar kolesterol yang diekskresikan ke dalam usus dari empedu.

Pengaturan Makanan Pada Dm Tipe Ii

Pada penderita DM tipe II, pengaturan makanan merupakan hal yang sangat penting. Bila hasil pengaturan makanan tidak sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan obat-obat hipoglikemia OAD (oral anti-diabetic) atau insulin.

Mayoritas penderita DM tipe II mengalami obesitas, oleh karena itu tujuan utama dari pengaturan makanan adalah menurunkan berat badan ke berat badan ideal. Untuk itu penderita diberi diet rendah kalori atau rendah energi. Dengan diet rendah kalori, pada umumnya keadaaan hiperglikemia dapat diperbaiki. Pada beberapa penderita, pengurangan jumlah total energi waktu puasa dapat menormalkan kadar glukosa.

Penderita DM tipe II yang kurus tidak memerlukan pembatasan jumlah energi yang ketat. Akan tetapi, semua penderita diabetes tipe II harus mengurangi lemak dan kolesterol serta meningkatkan rasio asam lemak tak jenuh dengan asam lemak jenuh.

Prinsip, Tujuan, Dan Syarat Diet

Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak m,enjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Anjuran porsi karbohidrat berkisar 60 – 70% dari total energi makanan dengan anjuran penggunaan karbohidrat kompleks yang mengandung serat, terutama serat yang bersifat larut (soluble dietary fibre) sebanyak 35 g per 1000 kkal.

Sedangkan tujuan diet (pengaturan makan) bagi penderita DM adalah: (1) memperbaiki kesehatan umum penderita; (2) memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat badan normal/ideal; (3) memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara tingkat kesehatan optimal dan aktivitas normal; (4) menormalkan pertumbuhan penderita yang masih dalam masa pertumbuhan; (5) mempertahankan kadar gula darah sekitar normal; (6) Merubah kadar gula dalam urin, dari positif menjadi negatif; dan (7) menekan timbulnya penyakit angiopati diabetik. Diet yang diberikan harus menarik dan mudah diterima oleh penderita. Selain itu juga dimodifikasi sesuai dengan keadaan penderita, misalnya sedang hamil, mepmpunyai penyakit hati atau tuberkulosis paru, dll.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diet yang diberikan harus memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan metabolik; (2) Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya, yaitu berkisar 60 – 70% dari total konsumsi. Makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi, dan digunakan jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat; (3) Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi tinggi (nilai cernanya tinggi); (4) Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak dikonsumsi; (5) Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.

Bagi penderita DM terdapat mbeberapa jenis makanan yang harus dihindari, antara lain: (1) Gula murni seperti yang terdapat pada gula pasir, gula merah, permen, coklat, kue manis, cake, tarcis, dodol, selai/jam, jelly, sirup, soft drink, es krim, susu kental manis, buah kalengan, buah yang diawetkan dengan gula, dendeng, abon, sarden, dll.; (2) Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental. Sedangkan makanan yang dianjurkan adalah: (1) sumber karbohidrat kompleks, seperti beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula, hunkue, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit; (2) sayuran (terutama sayuran hijau), seperti bayam, kangkung, daun singkong, dll.; (3) buah-buahan, menurut jumlah yang sudah ditentukan.

Di Balik Manfaat Serat (2)

Di Balik Manfaat Serat

Pada intinya substansi yang kita konsumsi mempunyai nilai plus-minus, di satu sisi ada peran positif dan di sisi lain ada aspek negatif. Konsumsi gizi seimbang niscaya akan mendatangkan manfaat positif lebih banyak bagi tubuh kita.

Pada umumya, apapun yang dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan memberikan efek negatif bagi tubuh, baik secara langsung atau tidak langsung. Begitu juga dengan serat, ternyata beberapa penelitian telah menemukan efek negatif dari serat, khususnya terhadap ketersediaan biologis (biovailabilitas) dan homeostasis mineral dan vitamin di dalam tubuh.

Para ahli belum menggolongkan serat makanan ke dalam kelompok gizi (nutrisi). Justru serat makanan termasuk dalam kelompok senyawa anti gizi. Senyawa tersebut dapat menghambat penggunaan unsur gizi di dalam tubuh, dan bahkan dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut sangat merugikan, karena dapat berikatan dengan protein, karbohidrat, lemak, dan beberapa mineral membentuk senyawa komplek yang tidak dapat diserap oleh usus halus. Namun demikian para ahli gizi menyarankan agar masyarakat mengkonsumsi makanan yang kaya kandungan karbohidrat komplek seperti serat makanan tersebut, karena senyawa tersebut sangat baik mengontrol berbagai penyakit kronis seperti telah disebutkan di atas. Yang perlu diingat adalah konsumsi serat jangan sampai berlebihan dari angka kecukupan yang dianjurkan.

Secara teoritis pengaruh serat makanan terhadap biovailabilitas mineral dan vitamin terjadi melalui beberapa mekanisme. Pertama, kelarutan mineral dapat menurun karena terjadinya interaksi ionik atau membentuk kompleks dengan serat, sehingga mengganggu pembentukkan misel mineral. Kedua, serat makanan dalam beberapa kasus dapat meningkatkan viskositas lumen dan menurunkan laju migrasi zat gizi fase padat dari lumen menuju permukaan mukosal usus. Ketiga, kombinasi dari penurunan waktu transit melalui usus oleh serat, masuknya mineral dan vitamin ke dalam matriks serat, dan kemungkinan perubahan pada morfologi permukaan usus memungkinkan terjadinya beberapa mekanisme lain yang akan menurunkan biovailabilitas mineral dan vitamin.

Pengaruh Serat Makanan Trhadap Bioavailabilitas Mineral

Penelitian-penelitian secara in vitro (di luar tubuh) menunjukan bahwa serat makanan, seperti serat gandum, serat dedak, selulosa dan lignin dapat mengikat sejumlah mineral sehingga menurunkan kelarutan dan mungkin boivailabilitas mineral. Interaksi serat dengan mineral juga dapat terjadi di dalam matriks pangan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut, yaitu: (1) adanya pengkompleks (kelator) seperti asam askorbat (vitamin C), asam sitrat, asam oksalat, asam fitat dan beberapa asam amino; (2) pengaruh perlakuan pH dan panas; (3) konsentrasimineral lain yang dapat berkompetisi dengan mineral tersebut; serta (4) kemampuan sumber serat untuk difermentasi dalam kolon dan potensi untuk diambil kolon dari mineral terikat sebelumnya.

Pengaruh serat makanan terhadap biovailabilitas (ketersediaan biologis) mineral pada hewan dan manusia dapat dilakukan dengan menggunakan mineral yang sudah ditandai dengan radioaktif. Data yang diperoleh memperlihatkan bahwa sekitar 2/3 dari studi tersebut menunjukkan terjadinya gangguan pada penggunaan mineral besi (Fe), seng (Zn) dan kalsium(Ca) di dalam tubuh . Namun demikian, cadangan mineral-mineral tersebut dalam tubuh tidak menurun.

Penelitian menunjukkan bahwa pemberian serat makanan tidak larut air, seperti serat gandum dan selulosa selama 4 minggu memberikan efek negatif yang nyata terhadap keseimbangan kalsium (Ca). Kemungkinan penyebabnya adalah adanya efek kombinasi negatif dari serat buah dan sayur dengan asam oksalat dari bayam. Namun, jika pengamatan diulangi lagi dengan periode waktu selama 6 minggu, keseimbangan kalsium terlihat tidak terlalu negatif. Ternyata keadaan ini dimungkinkan oleh terjadinya adaptasi oleh tubuh terhadap jumlah serat yang dikonsumsi dalam jumlah tertentu pada waktu tertentu pula.

Pada tahun 1942, McCance dan Widdowson melaporkan bahwa serat yang terdapat dalam roti dapat menurunkan penyerapan besi (Fe). Serat makanan yang diperoleh dari kedele, selulosa, gum, buah, sayuran dan serat gandum tidak mempunyai efek negatif terhadap keseimbangan besi jika dikonsumsi 20-25 gr/hari. Namun, jika kadar serat ditingkatkan menjadi 35 gram/hari dengan penambahan serat gandum, maka akan diperoleh keseimbangan negatif. Hal ini memberikan suatu batas konsumsi serat makanan sekitar 30 gram/hari atau 70 gram serat gandum agar keseimbangan besi tidak terganggu.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, para ahli melihat bahwa disamping serat makanan, ternyata ada komponen makanan lain yang juga dapat berinteraksi dengan mineral. Jadi, jika kita ingin menguji pengaruh serat makanan dari sumber makanan terhadap biovailabilitas mineral, maka kita harus mempertimbangkan keberadaan komponen lain tersebut dalam suatu sumber serat. komponen yang sering berpotensi memiliki efek merugikan terhadap keseimbangan mineral adalah pengkelat (khelator) seperti asam fitat dan asam oksalat. Asam fitat diketahui mengikat mineral secara in vitro dan menurunkan penyerapan mineral pada manusia. Menariknya, dalam suatu penelitian, mereka yang mengkonsumsi serat mengandung fitat memperlihatkan penyerapan Zn, Fe, Mn, Cu, dan Ca yang menurun selama 5 hari pertama penelitian, tetapi meningkat lagi setelah 10 hari berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh sekali lagi melakukan adaptasi positif seiring dengan waktu terhadap faktor-faktor yang mengikat mineral secara in vitro.

Pengaruh Serat Makanan Terhadap Bioavailabilitas Vitamin

Pengaruh serat makanan terhadap biovailabilitas vitamin tidak terlalu banyak diteliti, sehingga data yang tersedia juga tidak terlalu lengkap. Namun, para ahli memprediksikan bahwa karena beberapa diet tingggi serat dapat meningkatkan pengeluaran (ekskresi) lemak dalam feses, seperti kolesterol, serta kemungkinan tidak terbentuknya misel lemak, maka vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) pun akan ikut terbuang dan menurunkan bioavailabilitas vitamin larut lemak.

Laporan-laporan penelitian tentang biovailabilitas vitamin larut air dengan adanya serat makanan memperlihatkan hasil yang beragam. Serat gandum dan selulosa meningkatkan penyerapan riboflavin (vitamin B2), niasin (vitamin B3), dan asam askorbat (vitamin C), memiliki sedikit pengaruh terhadap piridoksin (vitamin B6), mempunyai efek berlawanan terhadap status cyanocobalamin (vitamin B12), dan memberikan pengaruh bervariasi terhadap asam folat. Mekanisme yang mendasari juga belum jelas. Pengikatan vitamin terhadap sumber serat, ganguan interaksi vitamin dengan reseptor usus, seperti reseptor ileal untuk vitamin B12 dan penurunan aktifitas enzim brush border usus, seperti yang diperlukan untuk penyerapan riboflavin dan vitamin. Khusus untuk asam folat, serat makanan secara teoritis dapat menurunkan bivailabilitas vitamin ini dengan cara menurunkan jumlah mineral seng dalam jaringan, karena pengikat asam folat di usus merupakan suatu enzim yang bergantung pada seng.

Efek Samping Suplemen Serat Makanan

Ahli pangan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi IPB Prof. Dr. Tien R. Muchtadi melaporkan adanya konsumen yang menderita ileus (usus tersumbat karena kebanyakan serat) dan dehidrasi (tubuh kekurangan cairan) setelah mengkonsumsi suplemen. Kesimpulannya, suplemen serat makanan harus dikonsumsi sesuai aturan dan takaran yang tepat.

Gum, yaitu serat makanan dari tanaman darat misalnya kulit ari gandum seperti yang saat ini banyak ditawarkan sebagai suplemen serat makanan di pasaran mempunyai efek samping tertentu. Serat dari jenis ini memiliki sifat hidrofilik (mengikat air) yang lebih kuat daripada sineresisnya (keluarnya air dari matriks gel), sehingga untuk mengkonsumsinya harus disertai dengan meminum air yang sesuai aturan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka tubuh akan mengalami dehidrasi (kekurangan cairan).

Contoh sumber serat makanan yang enak dan aman dikonsumsi (tidak menimbulkan dehidrasi) adalah makanan yang berasal dari rumput laut, yaitu agar-agar. Senyawa hidrokoloid yang berasal dari rumput laut, seperti agar-agar, karaginan, dan alginat, pada umumnya memiliki keseimbangan yang cukup baik antara sifat hidrofilik dan sineresisnya. Agar-agar, setelah diseduh air panas dan kembali ke suhu kamar sudah mencapai kesimbangan, dan setelah di perut tidak lagi menyerap air. Bahkan karena proses enzimasi dan keadaan lambung yang asam membantu mempercepat sineresis agar-agar.

Adanya interaksi serat makanan dengan mineral dan vitamin ini perlu diperhatikan oleh mereka yang tergolong rawan gizi, seperti orang tua, ibu hamil dan menyusui, serta orang sakit. Karena pada kelompok ini, relatif rendah konsumsi pangannya. Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh adalah suatu anjuran yang lebih menyehatkan dan harus diikuti.

Di Balik Manfaat Serat (1)

Sudah diakui bahwa serat makanan (dietary fiber) mempunyai peran penting

bagi kesehatan tubuh. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa serat

makanan dapat membantu memperlancar pengeluaran feses dan sangat baik mengontrol berbagai penyakit kronis seperti diabetes, kardiovaskuler, dan kanker. Namun konsumsi serat makanan yang berlebihan justru akan memberikan dampak negatif terhadap penyerapan zat gizi.

Istilah serat mkanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalm analisa proksimat bahan pangan Serat makanan adalah bahan makanan residu sel tanaman yang tidak dapat dihidrolisis (diuraikan) oleh enzim pencernaan manusia dalam suasana keasaman lambung, serta hasil-hasil fermentasinya tidak dapat digunakan oleh tubuh. Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar serat kasar, seperti asam sulfat (H2SO4 1.25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1.25%). Definisi terbaru tentang serat makanan yang disampaikan oleh the American Association of Cereal Chemist (AACC, 2001) adalah bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau parsial pada usus besar.

Beberapa bahan yang tergolong serat makanan adalah selulosa, hemiselulosa, gum, pektin, dan musilase yang merupakan polimer karbohidrat, serta bahan yang bukan tergolong karbohidart seperti lignin, waxes (malam) dan kutin. Serat makanan juga ada yang berasal dari food additives (bahan tambahan makanan) berupa arabic gum, guar gum, alginat, karagenan, dan carboxymetil cellulose (CMC).

Serat makanan banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran, dan serealia, seperti beras, gandum, jagung, dan sorgum. Berdasarkan kelarutannya, serat makanan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu serat larut air (soluble dietary fiber), dan serat tidak larut air (insoluble dietary fiber). Pektin, gum, musilase, dan beberapa hemilselulosa termasuk serat larut air karena dapat larut dalam air panas. Serat ini banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran dan serealia, sedang gum banyak terdapat pada akasia. Selulosa, lignin dan beberapa hemilselulosa lainnya tidak larut dalam air. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

Sekitar sepertiga dari serat makanan total (Total Dietary Fiber) adalah serat makanan yang larut, sedangkan kelompok terbesarnya merupakan serat yang tidak larut. Serat larut air, khususnya pektin dan gum, umumnya memiliki potensi meningkatkan viskositas isi usus, memperlambat penyerapan glukosa dan lipid oleh usus halus, mempengaruhi metabollisme kolesterol, serta meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek dalam kolon (usus besar). Serat tidak larut air mempunyai pengaruh lebih kecil terhadap hal-hal tersebut, tetapi cenderung mempengaruhi fungsi usus besar, seperti berat feses, volume feses, frekuensi pengeluaran feses dan laju transit dalam saluran pencernaan.

Pada masa lalu, serat makanan hanya dianggap sebagai sumber energi yang tidak tersedia (non-available energi source) dan hanya dikenal mempunyai efek pencahar perut. Namun berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai macam penyakit diantaranya kanker usus besar, penyakit kardiovskuler, dan kegemukkan (obesitas).

Manfaat Serat Makanan Dalam Sistem Pencernaan

Serat makanan setelah masuk ke usus memiliki sifat dapat mengikat air, sehingga menyebabkan sisa-sisa makanan yang tidak tercerna oleh usus menjadi lebih berat, volume lebih besar, dan lebih lunak, sehingga memungkinkan untuk bergerak (peristaltik) melewati usus (saluran pencernaan) lebih cepat dan lebih teratur. Volume feses yang besar dan lunak menyebabkan feses mudah dikeluarkan tanpa harus ngeden (kontraksi otot usus).

Kekurangan serat akan menyebabkan tinja menjadi keras dan diperlukan kontraksi otot yang besar untuk mengeluarkannya, hal ini sering kali menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Bila hal itu berlangsung terus-menerus maka otot menjadi lelah dan lemah sehingga muncul penyakit diverticulosis. Konsumsi makanan berkadar serat rendah, menyebabkan gerakan sisa makanan hasil pencernaan dalam usus besar menjadi sangat lambat. Tekanan dari sisa pencernaan yang terakumulasi pada dinding kolon dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit misalnya terjadinya kantung-kantung kecil pada daerah yang susunan ototnya lemah, (divertikulosis). Apabila dalam kantung ini terjadi infeksi maka akan berakibat divertikulitis. Sisa-sisa makanan yang mengeras juga akan menstimulir terjadinya appendisitis (radang usus buntu) dan haemorroid, serta gangguan pencernaan lainnya.

Konsumsi makanan berkadar serat rendah juga mengakibatkan konsentrasi sisa pencernaan menjadi lebih tinggi, dan berada dalam kolon lebih lama. Dengan makin lama waktu transit sisa pencernaan di kolon, mengakibatkan tersedianya cukup waktu bagi bakteri-bakteri pembusuk yang terdapat dalam usus untuk merombak bahan makanan dan asam empedu untuk menghasilkan senyawa-senyawa karsinogenik (senyawa penyebab kanker) yang dapat merusak kolon tersebut. Konsumsi serat dapat mempersingkat waktu transit sisa-sisa pencernaan dalam kolon. Dengan makin pendeknya waktu transit sisa-sisa pencernaan di dalam usus besar, maka komponen-komponen sisa pencernaan tersebut tidak sempat difermentasi oleh bakteri usus. Oleh karena itu dapat menghindarkan terbentuknya zat karsinogenik, dan mempersingkat waktu kontak antara zat karsinogenik dengan dinding usus, sehingga dapat mencegah kanker kolon. Selain itu, peranan lain serat makanan adalah dapat menghindarkan obesitas (kegemukan) karena kandungan kalorinya rendah, serta dapat mengikat lemak dan protein untuk dikeluarkan bersama-sama feses.

Manfaat Serat Makanan Pada Penyakit Jantung Koroner

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan gangguan kardiovaskuler. Penyebab utama Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah hiperlipidemia atau hiperproteinemia, yang merupakan akibat gangguan transportasi lipid atau lemak tubuh. PJK diawali dengan terjadinya aterosklerosis, yaitu suatu kondisi penyakit yang disebabkan oleh adanya penyumbatan karena terjadi penebalan dan pengerasan dinding arteri bagian dalam. Aterosklerosis merupakan gabungan dari berbagai proses yang bersifat fisik, biologis dan kimia yang sangat kompleks, baik dalam hal urutan kejadiannya maupun interaksi selulernya.

Terdapat beberapa jenis lipid di dalam darah, tetapi yang dikenal secara umum adalah kolesterol dan trigliserida. Sebenarnya lipid penting untuk berfungsinya sel dan digunakan sebagai energi, pelindung organ penting, pembentuk sel, sintesis berbagai hormon, dll., tetapi bila kadar lipid melampaui batas yaitu pada keadaan hiperlipidemia, hal-hal yang tidak diinginkan akan timbul, diantaranya Penyakit Jantung Koroner. Lipid bersifat tidak larut dalam air, oleh sebab itu memerlukan pengangkut khusus untuk dapat mengalir bersama serum darah ke seluruh tubuh. Lipid akan diikatkan pada protein agar dapat larut dan dapat diangkut dari tempat yang satu ke tempat yang lain di dalam tubuh. Ikatan tersebut disebut lipoprotein.

Ada beberapa jenis lipoprotein yaitu LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), VLDL (Very Low Density Lipoprotein), dan kilomikron. LDL berfungsi mengedarkan kolesterol ke sel-sel jaringan. Dengan semakin tingginya kadar LDL, semakin banyak tumpukan (endapan) kolesterol dalam dinding pembuluh darah, sehingga kemungkinan terjadi aterosklerosis semakin besar. Kolesterol LDL disebut juga bad cholesterol. Sebaliknya lipoprotein HDL yang disebut sebagai good cholesterol, bertugas mengangkut kolesterol dari jaringan dan dinding pembuluh darah ke hati untuk di metabolisme.

Telah dibuktikan bahwa komponen serat makanan yang larut dalam air seperti pektin, gum, dan hemiselulosa berhubungan dengan daya penurunan kadar kolesterol dan pengontrolan kadar gula darah. Penderita hipertrigliseridemik (kelebihan trigliserida, sejenis lipida) yang mengkonsumsi makanan kaya karbohidrat kompleks (serat kasar) dari leguminose (kacang-kacangan) yang dikeringkan dapat menurunkan trigliserida dan total LDL-kolesterol serum. Hal ini karena adanya serat kasar sebagai senyawa antigizi mengakibatkan karbohidrat dicerna secara perlahan, dengan demikian dapat mengendalikan pengaruh hiperlipidemia. Dilaporkan pula bahwa dietary fiber yang diberikan pada pria dan wanita dewasa berusia 50 – 79 tahun dapat mencegah resiko PJK. Serat makanan mampu mengikat asam empedu (produk akhir kolesterol), dengan demikian dapat mencegah penyerapannya kembali dari usus. Di samping itu juga dapat meningkatkan ekskresinya melalui feses, sehingga akan meningkatkan konversi kolesterol serum darah menjadi asam empedu, akibatnya dapat menurunkan kadar kolesterol darah.

Produk akhir pencernaan lemak dalam usus halus adalah monogliserida, asam-asam lemak, kolesterol, fosfolipid, trigliserida berantai pendek dan medium. Dalam lumen usus halus senyawa tersebut bergabung dengan cairan empedu membentuk agregat yang disebut misel. Lignin dan pektin sebagai penyusun serat makanan, mempunyai gugus penukar kation yang mampu mengikat asam empedu dan berfungsi sebagai emulsifier. Dengan demikian kolesterol yang berikatan dengan asam empedu dan lignin/pektin tidak dapat diserap usus, tetapi akan keluar bersama feses.

Manfaat Serat Makanan Pada Obesitas

Obesitas (kegemukan) banyak terdapat pada individu-individu di negara maju. Timbulnya kegemukan dapat dihubungkan dengan meningkatnya kemakmuran. Dari beberapa peneliti melaporkan bahwa kegemukan berhubungan langsung dengan rasio serat makanan terhadap energi. Serat makanan tidak diserap oleh usus, oleh sebab itu tidak memberikan kalori bagi tubuh. Dengan demikian pada individu yang melakukan diet tinggi serat makanan, akan menurunkan berat badan, dan dapat menghindarkan kegemukan.

Manfaat Serat Pada Diabetes Mellitus

Mekanisme serat yang tinggi dapat memperbaiki kadar gula darah yaitu berhubungan dengan kecepatan penyerapan makanan (karbohidrat) masuk ke dalam aliran darah yang dikenal dengan glycaemic index (GI). GI ini mempunyai angka dari 0 sampai 100, di mana makanan yang cepat dirombak dan cepat diserap masuk ke aliran darah mempunyai angka GI yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah. Sebaliknya makanan yang lambat dirombak dan lambat diserap masuk ke aliran darah mempunyai angka GI yang rendah sehingga dapat menurunkan kadar gula darah.

Dengan meningkatkan konsumsi makanan berserat, sangat baik dan bermanfaat untuk mencegah diabetes pada saat makanan banyak mengandung karbohidrat. Dalam makanan yang mengandung karbohidrat tinggi dan serat makanan rendah, secara kuantitatif tidak menunjukkan kontrol perbaikan dalam respon glisemik pada penderita diabetes, tetapi sebaliknya komposisi makanan dengan serat makanan tinggi, sangat baik mengontrol respons glisemik.

Perlukah Suplemen Serat?

Pada saat ini informasi tentang konsumsi serat di Indonesia masih sangat terbatas antara lain karena daftar komposisi bahan makanan Indonesia belum mencantumkan kandungan serat. Dalam upaya memperoleh informasi tingkat konsumsi serat di Indonesia, telah dilakukan analisis tingkat konsumsi serat dengn data survei Pemantauan Konsumsi Gizi (PKG) yang dikumpulkan Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes, RI. Rata-rata tingkat konsumsi serat masyarakat Indonesia secara umum yaitu sebesar 10,5 gram/orang/hari. Angka ini baru mencapai sekitar separuh dari kecukupan serat yang dianjurkan. Kecukupan serat untuk orang dewasa berkisar antara 25 - 30 gram/hari atau 10-13 gram serat untuk setiap 1000 kkal.

Seharusnya kita tidak perlu terlalu khawatir soal kecukupan serat makanan, selama kita memperhatikan pola empat sehat lima sempurna. Kita ini termasuk masyarakat pemakan sayur. Di masyarakat dikenal berbagai makanan khas, seperti lotek, gado-gado, dan lain sebagainya yang merupkan sumber serat alami yang sangat baik. Belum lagi kebiasaan lalap pada masyarakat daerah tertentu. Berbeda dengan pola makan Barat yang hampir bersih dari sayuran, sehingga membutuhkan suplemen serat.

Kandungan serat makanan dalam menu sehari dengan 2100-2200 kkal seperti dalam Contoh Menu Sehari, Buku Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang DepKes adalah 28 gram. Jika menu makanan sehari-hari adalah pola menu seimbang yang terdiri dari : 3 porsi nasi; 2 porsi lauk hewani (daging /ikan/ ayam/ telur); 2 porsi lauk nabati (tempe/tahu/kacang-kacangan lain); 1 porsi snack (misalnya : kacang hijau atau umbi-umbian); 3 porsi aneka sayuran; dan 2 porsi aneka buah-buahan, maka kebutuhan 25 - 30 gram serat sehari dapat terpenuhi.

Serat makanan dapat berikatan dengan protein, karbohidrat, lemak, dan beberapa mineral membentuk senyawa kompleks yang tidak dapat diserap oleh usus halus. Untuk itu jika kita ingin mendapatkan serat setiap hari, sebaiknya kita tidak mengkonsumsi serat makanan yang hanya berfungsi sebagai sumber serat (misalnya suplemen serat), tetapi komsumsilah sumber serat alami yang juga mengandung komponen nutrisi lain, seperti sayuran, buah, serealia, dan kacang-kacangan.

Khasiat Gymnostermma

Gymnostemma dipercaya secara luas mempunyai manfaat kesehatan antara lain: memperlambat penuaan dini, menghambat pikun pada semua usia, dan terutama menghambat kerentaan; mengurangi kelelahan, meningkatkan stamina; mengurangi kekurangan oksigen pada tempat yang sangat tinggi; meningkatkan pencernaan; meningkatkan daya ingat; dan meningkatkan fungsi seks. Gymnostemma juga dipercaya dapat membantu menenangkan kegelisahan dan mengurangi perasaan sakit. Gymnostemma secara umum memperkuat kesehatan secara keseluruhan dan mempunyai efek anti kelelahan yang kuat. Gymnostemma juga digunakan sebagai cure-all. Masyarakat lokal yang memanfaatkan, membudidayakan, dan mengkonsumsi gymnostemma, secara sederhana menyebutnya sebagai “rumput ajaib”.

Beberapa studi di Jepang mengindikasikan bahwa gymnostemma mempengaruhi sistem saraf pusat. Gymnostemma mempunyai calm effect ketika terlalu bergairah, dan mempunyai stimulating effect ketika sedang terdepresi. Studi yang lain menunjukkan bahwa gymnostemma secara klinik bermanfaat pada beberapa kondisi mental dan syaraf, termasuk depresi ringan, kegelisahan, dan schizophrenia. Di Cina, gymnostemma digunakan untuk sebagai anti inflamasi, menyembuhkan batuk, mengeluarkan dahak (expectorant), dan perawatan bronkhitis kronis.

Gymnostemma mengandung beberapa asam amino, vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan, termasuk selenium, magnesium, seng, kalsium, besi, kalium, mangan, dan fosfor.

Gymnostermma telah mempunyai reputasi yang cukup baik di Asia dalam hal program pengontrolan berat badan. Gymnostermma mempunyai aktivitas ganda dalam mengontrol berat badan yaitu disamping membantu menurunkan berat badan bagi orang yang kegemukan juga berperan sebagai body builder bagi orang yang terlalu langsing. Sebagai diet herbal Gymnostermma membantu mempercepat metabolisme tubuh, membantu penyesuaian gula darah dan mengurangi lemak darah. Penyesuaian gula darah dan lemak darah merupakan langkah kritis dalam memperoleh fungsi metabolik yang sehat untuk mengurangi dan menambah berat badan.

Gymnostermma dapat memperkuat sistem imun manusia. Gymnostermma digunakan untuk meningkatkan respon imun dan dalam perawatan beberapa macam kondisi infeksi.

Beberapa studi aktivitas anti kanker Gymnostermma menunjukkan penghambatan yang sangat signifikan ( 20-80% ) pada kisaran sel kanker yang luas. Studi yang intensif mengarah kepada aktivitas anti kanker dan potensinya sebagai pelindung sistem imun (prophylactic agent) bagi individu dengan sistem imun yang lemah. Riset terbaru mengindikasikan bahwa Gymostermma dapat mencegah sel untuk menjadi kanker.

Fungsi utama dari Gymnostermma diantaranya sebagai adaptogenik, antioksidan, imun modulator, anti imflamasi, anti bisul, penguat pernafasan, regulator platelet, anti hiperlipidemik, regulator kolesterol, anti obesitas, pelindung hati, penurun trigliserida, pencegah kardiovaskuler, anti trombik, penghambat penuaan dini.

Gymnosterma mengandung lebih dari delapan puluh gypenoside yang berbeda. Gypenoside merupakan komponen saponin yang terdapat tanaman. Gypenoside mirip dengan ginsenosides pada Panax ginseng dan eleutherosides pada Radix acanthopanax (ginseng Siberia). Dalam kenyataannya, empat dari saponin Gymnostermma memiliki struktur kimia yang sama persis dengan saponin yang ditemukan pada ginseng dan lebih dari delapan belas saponin Gymnostermma memiliki struktur kimia yang identik dengan saponin ginseng.