Serat Khitosan Mengikat Lemak

Sunday, April 13, 2008

KITOSAN adalah serat polimer alami yang mampu menghambat penyerapan lemak dan kolesterol oleh tubuh. Karena itu, sekarang banyak produk kapsul kesehatan yang mengandung kitosan dengan klaim dapat menyerap lemak, kolesterol, dan menurunkan berat badan.

Kitosan adalah turunan kitin yang diisolasi dari kulit udang, rajungan, kepiting, dan kulit serangga lainnya. Kitosan merupakan kopolimer alam berbentuk lembaran tipis, tidak berbau, berwarna putih, dan terdiri dari dua jenis polimer, yaitu poli (2-deoksi-2-asetilamin-2-glukosa) dan poli (2-deoksi-2-aminoglukosa) yang berikatan secara beta (1,4).

Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui proses reaksi kimia menggunakan basa natrium hidroksida atau reaksi enzimatis menggunakan enzim chitin deacetylase. Serat ini bersifat tidak dicerna dan tidak diserap tubuh. Sifat menonjol kitosan adalah kemampuan mengabsorpsi lemak hingga 4-5 kali beratnya.

Sejarah penemuan kitin dimulai, 1811, oleh Henri Braconnot sebagai hasil isolasi dari jamur, sedangkan kitin dari kulit serangga diisolasi pertama kali 1820-an. Kitosan ditemukan C Roughet , 1859, dengan memasak kitin dan basa seperti pembuatan sabun.

Perkembangan penggunaan bahan alami, akhir 1970-an, meningkatkan konsumsi kitosan, terlebih dengan beberapa penemuan baru untuk aplikasi kitosan di bidang farmasi dan kesehatan di akhir 1990-an hingga sekarang. Saat ini kitosan amat diminati karena bisa menurunkan kadar kolesterol, asam urat, pengikat lemak sekaligus pelangsing tubuh.

Pengikat lemak

Seperti serat dari tanaman, kitosan tidak bisa dicerna sehingga tidak mempunyai nilai kalori. Sifat ini sangat penting untuk produk-produk pelangsing tubuh. Tetapi, tak seperti serat lain, kitosan mempunyai daya pengikatan lemak yang sangat tinggi (superabsorban) sehingga mampu menghambat absorpsi lemak oleh tubuh.

Kitosan juga berbeda dengan serat lain yang netral atau asam, karena sebagai serat basa mampu mengabsorpsi gugus asam dengan adanya gugus amino pada rantai polimernya.

Kitosan adalah serat yang tidak diabsorpsi sehingga bila lemak terikat dengannya akan menjadi senyawa yang tak diabsorpsi pula. Hasil penelitian secara in vivo pada hewan percobaan menunjukkan, hewan yang diberi makanan mengandung kitosan mampu mengekskresi lemak di kotorannya hingga 5-10 kali serat lain.

Penelitian di ARS Medicina-Helsinki menunjukkan bahwa penggunaan kitosan selama empat minggu mampu menurunkan berat badan manusia rata-rata delapan persen.

Kitosan mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) sekaligus meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol baik) terhadap LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa efek samping.

Mekanisme pengikatan

Mekanisme pengikatan lemak oleh kitosan belum dimengerti secara utuh dan menyeluruh. Tetapi, sejumlah pengamatan penelitian mendukung terjadinya dua mekanisme dasar pengikatan.

Pertama, melibatkan tarik menarik dua muatan yang berbeda/berlawanan, layaknya tarikan kutub-kutub magnet. Jadi, kitosan yang mempunyai gugus-gugus bermuatan positif akan menarik muatan negatif dari asam-asam lemak dan membentuk ikatan yang tak bisa dicerna.

Kedua, penetralan muatan. Dalam model ini kitosan akan menyelubungi sisi aktif lemak dan melindunginya dari serangan dan penguraian enzim-enzim lipida.

Untuk meningkatkan efektivitas pengikatan lemak, kapsul kitosan dicampur dengan asam sitrat, vitamin C (asam askorbat), dan indol. Penambahan asam askorbat meningkatkan jumlah lemak yang hilang sebagai feses, 87 persen, dan menurunkan penyerapan lemak oleh tubuh hingga 50 persen.

Penambahan asam askorbat juga berfungsi sebagai antioksidan untuk mengurangi jumlah radikal bebas-berperan dalam pembentukan oksida kolesterol-yang diduga memicu terjadinya penyakit hati.

Eriawan Rismana Pusat P2 Teknologi Farmasi dan Medika, BPPT, Jakarta

Teh Hijau dan Kesehatan Gigi

“Sora no shite oki kunate…..

Mendengar lagu tersebut, temen-temen pasti inget iklan teh hijau NU Green Tea di TV.

Teh hijau (Camellia sinensis) selain memberikan kesegaran, ternyata juga memberikan efek kesehatan, terutama kesehatan gigi. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Jepang, bahwa pada murid-murid Sekolah Dasar yang mengkonsumsi minuman teh hijau setiap hari secara terus menerus dan teratur ternyata kasus karies gigi hampir tidak ditemukan.

Apa Sih Karies Gigi Itu?

Karies gigi sangat mudah terjadi, terutama pada orang dengan oral hygiene (kebersihan rongga mulut) tidak bagus. Karies gigi adalah kerusakan email atau lapisan pelindung yang menyebabkan gigi berlubang. Angka karies gigi (gigi berlubang) di Indonesia sangat tinggi. Hasil penelitian Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60-80% murid Sekolah Dasar menderita karies pada gigi permanennya. Prevalensi karies gigi telah mencapai 95%, sedangkan karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi telah menduduki peringkat pertama (32%) daftar morbiditas penyakit gigi di Indonesia. Kedua penyakit gigi ini sangat serius karena merupakan focus infection yang dapat memicu timbulnya penyakit infeksi lain yang lebih serius antara lain: sepsis, Subbacterial Endocarditis, penyakit pencernaan makanan dan penyakit degeneratif seperti kanker rahang.

Karies gigi sebagai salah satu jenis kerusakan gigi yang progresif dapat terjadi pada email, dentin, dan akar gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktorial dengan penyebab utama kuman (bakteri), faktor kedua adalah host dan faktor ketiga adalah substrat. Karies gigi merupakan proses demineralisasi email. Email/enamel adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.

Etiologi karies gigi karena kuman (bakteri) pertama kali dikemukakan oleh Miller pada tahun 1982 dengan teorinya Chemico parasitic, yaitu karies gigi disebabkan karena adanya bakteri pada rongga mulut yang sangat kompleks baik pada air ludah maupun pada plak gigi. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa karies gigi merupakan penyakit infeksi. Dari bakteri Streoptococcus dalam rongga mulut yang ditemukan ternyata strain Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan karies gigi pada permukaan bukal, lingual pit, celah oklusal, dan permukaan akar gigi. Streptococcus mutans merupakan pencetus timbulnya plak gigi karena bakteri ini dapat bertindak sebagai fasilitator berbagai bakteri lain. Plak gigi merupakan penyebab utama terbentuknya karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi.

Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri komensal rongga mulut yang mempunyai peranan penting terhadap terjadinya karies gigi karena Streptococcus mutans mampu membuat glukosiltransferase (GTF) yang menyebabkan diproduksinya glukan dari sukrosa (gula). Glukan yang terbentuk merupakan massa seperti lumpur, pekat, tidak mudah larut, dan lengket, yang kemudian membentuk plak. Plak merupakan cikal bakal terjadinya karies gigi. Glukan yang bersifat lengket tersebut merupakan salah satu tanda virulensi yang khas untuk Streptococcus mutans. Selain itu, Streptococcus mutans sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit dengan pH terminal 3-4 yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada metabolisme sukrosa, Streptococcus mutans dapat mengubah glukosa menjadi polisakarida intraseluler.

Klasifikasi Teh dan Proses Pengolahannya

Secara umum berdasarkan cara pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar dengan cara pemanasan atau penguapan dengan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatik terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut teh semi fermentasi.

Komponen Bioaktif Teh sebagai Zat Antikariogenik

Teh mengandung bermacam-macam zat bioaktif. Zat bioaktif dalam teh terutama merupakan golongan flavonoid. Flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Selain flavonoid, teh juga mengandung asam amino bebas yang disebut sebagai L-theanin. Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. Sedangkan Flavonol utama yang ada dalam daun teh adalah quercetin, kaempferol, dan myricetin. L-theanin (γ-ethylamino-L-glutamic acid) adalah asam amino yang unik pada tanaman teh dan merupakan komponen utama yang bertanggung jawab terhadap exotic taste.

Daun teh mengandung polifenol 30%, kafein 4%, gula dan getah 3%, asam amino 7%, mineral 4%, protein 16%, lemak 8%, klorofil dan pigmen 1.5%, pati 0.5%, serat kasar, lignin, dan lain-lain 22%. Kandungan zat kimia yang paling banyak dalam daun teh hijau adalah polifenol (katekin) sekitar 30%. Katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC) dan epigallocatechin gallate (EGCG). Fenol dan senyawa fenolik lain atau derivatnya dapat menyebabkan denaturasi protein akibat rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri. Fenol dan derivatnya mempunyai sifat antiseptik, anestetik dan kaustik. Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Beberapa persenyawaan juga bersifat fungisidal.

Zat polifenol teh telah terbukti mampu mencegah karies gigi. Karies gigi disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini mampu memproduksi glukosil transferase (GTF) yang mengubah sukrosa menjadi glukan dan selanjutnya membentuk plak gigi. Plak ini yang merupakan cikal bakal terjadinya karies gigi. Konsentrasi penghambatan minimal dari polifenol teh terhadap pertumbuhan bakteri kariogenik (penyebab karies gigi) adalah berkisar antara 0.25 – 1.00 mg/ml. Selain mencegah pertumbuhan bakteri kariogenik, polifenol teh juga mencegah adhesi dan menghambat aktivitas GTF sehingga mencegah terbentuknya glukan yang merupakan cikal bakal plak gigi.

Teh hijau memiliki kandungan katekin yang tinggi karena pada pembuatan teh hijau tidak melibatkan proses fermentasi yang merupakan oksidasi polifenol (katekin). Oleh karena itu teh hijau dapat berfungsi sebagai minuman antikariogenik karena masih kaya akan kandungan katekin yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri kariogenik. Sedangkan pada teh hitam, kandungan katekin sangat rendah karena pada proses pembuatannya melibatkan proses fermentasi yang merupakan proses oksidasi polifenol (katekin).

Secangkir teh hijau atau sekitar 100 ml mengandung kira-kira 50 - 100 mg polifenol. Dikemukakan juga bahwa efek pencegahan teh hijau terhadap keries gigi ternyata lebih baik dibandingkan fluor yang biasa digunakan dalam pasta gigi. Hal ini karena dalam daun teh hijau juga mengandung Flourida dengan kadar sekitar 35 - 399 ppm. Mekanisme kandungan fluorida dalam teh hijau untuk menghambat Streptococcus mutans dengan cara lain, yaitu menghambat enzim enolase, menghambat translokasi gula dalam sel, menghambat transport kation dan penimbunannya di dalam sel, serta menghambat enzim fosfatase sel yang berfungsi melepaskan fosfat dari gula untuk berikatan dengan fosfat. Apabila satu per satu senyawa yang terkandung dalam daun teh hijau dipisahkan dan dilakukan pengujian sendiri-sendiri terhadap Streptococcus mutans maka daya antibakterinya sangat kecil tetapi bila senyawa-senyawa tersebut digabungkan maka kekuatan antibakterinya akan naik secara dramatik sehingga mampu membunuh Streptococcus mutans.

Komponen Bioaktif Teh

Saturday, April 12, 2008

Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh (Camelia sinensis L. Kuntze). Berdasarkan proses pengolahannya, secara tradisional produk teh dibagi menjadi 3 jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau banyak dikonsumsi oleh masyarakat Asia terutama Cina dan Jepang, sedangkan teh hitam lebih populer di negara-negara Barat. Sementara, teh oolong banyak diproduksi di negeri Cina (Hartoyo, 2003).

Komponen Bioaktif Teh

Daun teh mengandung polifenol 30%, kafein 4%, gula dan getah 3%, asam amino 7%, mineral 4%, protein 16%, lemak 8%, klorofil dan pigmen 1.5%, pati 0.5%, serat kasar, lignin, dan lain-lain 22%. Kandungan zat kimia yang paling banyak dalam daun teh hijau adalah polifenol (katekin) sekitar 30%. Teh mengandung bermacam-macam zat bioaktif. Zat bioaktif dalam teh terutama merupakan golongan flavonoid. Flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Selain flavonoid, teh juga mengandung asam amino bebas yang disebut sebagai L-theanin.

  1. Katekin Teh

Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. Kandungan katekin ini bervariasi untuk masing-masing jenis teh (Tabel 1). Katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC) dan epigallocatechin gallate (EGCG). Katekin teh memiliki sifat tidak berwarna, larut air, serta membawa sifat pahit dan sepat pada seduhan teh. Hampir semua sifat produk teh (rasa, warna, dan aroma), secara langsung maupun tidak, dihubungkan dengan modifikasi pada katekin ini (Hartoyo, 2003).

Tabel 1. Kadar katekin berbagai jenis teh

Teh/Pucuk Segar

Substansi Katekin (% berat kering)

Catechin

EC

EGC

ECG

EGCG

Total

A. Indonesia:

Teh hitam orthodox

Teh hitam CTC

Teh hijau ekspor

Teh hijau lokal

Teh wangi

Pucuk segar GMB 1

Pucuk segar GMB 2

0,24

0,23

0,10

0,08

0,10

0,70

0,80

0,79

0,27

0,54

0,41

0,35

2,62

1,41

3,54

4,24

6,35

6,39

5,96

2,17

0,61

1,46

1,03

1,08

0,65

0,64

1,22

1,92

2,21

1,25

3,53

3,28

2,23

7,89

9,43

8,24

7,02

11,60

10,81

9,28

14,60

14,15

B. Sencha (Jepang)

0,07

0,41

2,96

0,26

1,36

5,06

C. Oolong (China)

0,14

0,20

2,24

0,43

3,14

6.73

D. Teh wangi (China)

0,15

0,39

3,81

0,69

2,43

7,47

Sumber: Bambang dan Suhartika, 1995; Bambang et al., 1996 Di dalam Hartoyo, 2003

Fenol dan senyawa fenolik lain atau derivatnya dapat menyebabkan denaturasi protein akibat rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri. Fenol dan derivatnya mempunyai sifat antiseptik, anestetik dan kaustik. Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Beberapa persenyawaan juga bersifat fungisidal.

  1. Flavonol Teh

Flavonol teh utama yang ada di dalam daun teh adalah quercetin, kaempferol, dan myricetin. Falavonol ini terutama dalam bentuk glikosidanya (berikatan dengan molekul gula) dan sedikit dalam bentuk aglikon-nya. jumlah flavonol teh bervariasi, tergantung pada beberapa hal, misalnya suhu dan cara ekstraksi yang digunakan (Hartoyo, 2003).

Tabel 2. Kadar flavonol teh

Jenis Flavonol

Jumlah (g/kg)

Teh Hijau

Teh hitam

Myricetin

0,83 – 1,59

0,24 – 0,52

Quercetin

1,79 – 4,05

1,04 – 3,03

Kaempferol

1,56 – 3,31

1,72 – 2,31

Sumber : Hartoyo (2003)

  1. Theaflavin dan Thearubigin

Dalam proses pembuatan teh hitam, katekin dioksidasi secara enzimatis membentuk pigmen teh hitam yaitu theaflavin dan thearubigin. Menurut Hartoyo (2003), secara garis besar terdapat empat jenis theaflavin, yaitu theaflavin, theaflavin-3-gallate, theaflavin-3’-gallate, dan theaflavin-2,3’-digallate. theaflavin terbentuk karena adanya reaksi yang terjadi antara quinon (turunan katekin) dengan gallo-katekin.

  1. L-Theanin

L-theanin (γ-ethylamino-L-glutamic acid) adalah asam amino yang unik pada tanaman teh dan merupakan komponen utama yang bertanggung jawab terhadap exotic taste (disebut umami). Senyawa ini unik karena hanya ditemukan pada tanaman teh, pada jamur Xeromonas badius, dan spesies tertentu dari genus Camelia. Jumlah L-theanin alam daun teh berkisar antara 1% - 2% (berat kering). L-theanin terdapat dalam bentuk bebas (non protein) dan merupakan komponen asam amino utama dalam teh dengan jumlah lebih dari 50% dari total asam amino bebas (Hartoyo, 2003).

Probiotik dan Efek Perlindungannya terhadap Kanker Kolon (1)

Saturday, April 5, 2008

Oleh :

Endang Prangdimurti

F226010021/IPN

E-mail: prangdimurti@yahoo.com

I. Pendahuluan

Laporan The National Cancer Institute tahun 1999 yang disitasi oleh Brady et al. (2000) menyatakan bahwa sejak tahun 1990 hingga tahun 1996 , terdapat empat jenis kanker yaitu paru-paru, prostat, payudara dan kolon, yang menempati lebih dari setengah kasus kanker yang terjadi, dan juga yang menyebabkan kematian. Kanker kolon merupakan kanker yang menempati urutan kedua terbanyak yang menyebabkan kematian setelah kanker paru-paru. The American Cancer Society memperkirakan pada tahun 2001 ini dari sebanyak 135.400 kasus yang terdiagnosa, sebanyak 56.700 berakhir dengan kematian. Keterlambatan penanganan kasus kanker kolon dikarenakan gejala awal kanker kolon seringkali dianggap seperti sakit perut biasa.

Selain faktor genetik (keturunan), resiko terkena kanker kolon meningkat pada umur lanjut (diatas 50 tahun), menerapkan pola makan yang salah (tinggi lemak dan kurang serat makanan), serta mengalami radang usus besar (ulcerative colitis). Pola makan merupakan salah satu faktor yang dapat dikontrol. Resiko terkena kanker kolon dapat diturunkan dengan cara peningkatan konsumsi serat makanan (termasuk prebiotik), penurunan konsumsi lemak dan peningkatan konsumsi probiotik.

Pangan probiotik merupakan pangan (makanan/minuman) yang mengandung sejumlah bakteri hidup yang memberi efek yang menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik yang telah lama dikenal antara lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (Lactobacilli dan Bifidobacterium) seperti yogurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain. Selain mempunyai nilai nutrisi yang baik, produk tersebut dianggap memberi manfaat kesehatan dan terapeutik. Manfaat ini diperoleh akibat terbawanya bakteri-bakteri hidup ke dalam saluran pencernaan yang mampu memperbaiki komposisi mikroflora usus sehingga mengarah pada dominansi bakteri-bakteri yang menguntungkan kesehatan. Khusus pada tulisan ini akan memaparkan peran probiotik dalam menekan kanker kolon, meliputi apakah probiotik itu, bagaimana aksinya dalam menekan terjadinya kanker kolon serta upaya preventif (konsumsi synbiotik).

II. Perkembangan Kanker Kolon

Kanker kolon adalah kanker yang terjadi pada daerah kolon, yaitu usus besar bagian awal sepanjang 6 ft. Kadangkala disebut kanker kolorektal (colorectal ) apabila kanker berada di bagian kolon dan rektum (8-10 inch terakhir dari usus besar). Perkembangan kanker kolon diawali oleh tahap inisisasi, dimana suatu karsinogen menyebabkan perubahan pada DNA. Tahap ini didahului oleh aktivasi metabolik suatu prekursor (prokarsinogen) menjadi karsinogen. Terjadinya beberapa mutasi pada DNA akan mengawali perkembangan tumor. Tahap selanjutnya (post-inisiasi) belum jelas benar, meskipun biasanya melibatkan terjadinya perubahan dalam jalur transduksi sinyal. Selanjutnya adalah terjadinya pertumbuhan sel yang luar biasa yang dapat dilihat secara morfologis sebagai aberrant crypt (precancerous lesions). Aberrant crypt merupakan struktur preneoplastik, relatif lebih besar daripada normal crypt, dan akan berkembang lebih lanjut menjadi polip dan bahkan tumor. Pada Gambar 1. dapat dilihat polip yang tumbuh pada kolon.

Tumor dapat bersifat jinak (benign) dan ganas (malignant). Berbeda dengan tumor ganas (kanker), sel-sel tumor jinak tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat hilang (tidak tumbuh lagi) setelah diangkat. Sedangkan sel-sel kanker dapat bermetastasi (menyebar) dan masuk ke dalam aliran darah dan system limfatik. Oleh karena itu studi efek probiotik terhadap perkembangan kanker kolon tidak sebatas menggunakan alur sel kanker kolon, namun juga melihat efeknya hingga ke darah atau jaringan lain.


Gambar 1. Polip pada kolon


III. Konsep Probiotik dan Mikroorganisme di Saluran Pencernaan

Brady et al. (2000) mensitasi definisi probiotik dari Gibson and Robertfroid (1995) sebagai pangan/suplemen pangan yang berisi mikroba hidup yang memberi efek yang menguntungkan (kesehatan) saluran pencernaan. Ditambahkan oleh Guarner dan Schaafsma (1998) bahwa mikroorganisme hidup tersebut dapat memberikan efek kesehatan jika dikonsumsi dalam jumlah cukup.

Konsep probiotik dikembangkan dari sebuah teori autointoksikasi yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia penerima Nobel Biologi tahun 1908 yaitu Elie Metchnikoff. Menurutnya, secara perlahan pembusukan (putrefeksi) oleh bakteri dalam usus besar menghasilkan senyawa-senyawa beracun yang memasuki peredaran darah, yang disebut sebagai proses”autointoksikasi”. Proses inilah yang menyebabkan penuaan dan beberapa penyakit-penyakit degeneratif. Dia meyakini bahwa tingginya usia hidup warga suku-suku pegunungan di Bulgaria merupakan hasil dari konsumsi produk susu fermentasi. Bakteri yang ikut terkonsumsi bersama produk tersebut dan kemudian mampu tinggal di usus berpengaruh positif terhadap mikroflora di kolon dengan cara menurunkan efek toksik dari mikroorganisme yang merugikan di kolon.

Mikroorganisme yang berpeluang besar melintasi dan hidup pada saluran pencernaan adalah yang berasal dari tubuh manusia sendiri. Karena itu pada awalnya bakteri yang digunakan untuk pembuatan probiotik diisolasi dari usus manusia atau dari feses bayi sehat. Ada sekitar 100 spesies dan lebih dari 1014 bakteri terdapat dalam saluran pencernaan, termasuk bakteri-bakteri patogen dan bakteri yang menguntungkan. Pada Tabel 1. dapat dilihat mikroorganisme yang dominan terdapat pada saluran pencernaan manusia. Mikroflora dalam saluran pencernaan manusia sehat relatif stabil, tetapi bervariasi bergantung dari kondisi fisiologis, pangan yang dikonsumsi, pengobatan yang sedang dijalani, stress dan umur.

Tabel 1. Distribusi dan komposisi mikroflora intestinal (Lichtenstein and Goldin, 1998)

Daerah

Komposisi a

Jumlah total /ml material

Lambung

Streptococcus

Lactobacillus

101 – 102

Duodenum dan jejunum

Streptococcus

Lactobacillus

102 – 104

Ileal – cecal

Bacteroides

Clostridium

Streptococci

Lactobacilli

106 – 108

Kolon

Bacteroides

Clostridium

Eubacterium

Peptococcus

Bifidobacterium

Streptococcus

Fusobacterium

1011.5 – 1012

a Hanya mikroorganisme yang dominan di tiap bagian

IV. Syarat Probiotik dan Jenis-jenisnya

Agar suatu mikroorganisme menjadi probiotik yang efektif dalam memberi efek kesehatan maka disyaratkan: berasal dari manusia (human origin), stabil terhadap asam maupun cairan empedu, dapat menempel pada sel intestin manusia, dapat berkolonisasi di saluran pencernaan manusia, memproduksi senyawa antimikroba, dapat melawan bakteri patogenik dan kariogenik, telah teruji secara klinis aman dikonsumsi, serta tetap hidup selama pengolahan dan penyimpanan. Selain itu konsumsi harus dilakukan secara teratur sebanyak 100-150 ml produk (berisi 106 /ml bakteri hidup) setiap 2 atau 3 kali seminggu.

Saat ini terus dikembangkan penelitian-penelitian yang menggunakan mikroorganisme yang diisolasi dari usus manusia untuk digunakan dalam pembuatan probiotik. Bentuk produk probiotik bervariasi tidak lagi hanya dalam bentuk makanan atau minuman, tetapi juga tablet atau kapsul. Pada Tabel 2. berikut ini disajikan berbagai macam tipe probiotik dan bakteri probiotik yang umumnya digunakan.

Tabel 2. Tipe-tipe produk probiotik dan bakteri probiotik yang digunakan

Probiotik

Bakteri

(yang umumnya digunakan)

Produk-produk susu fermentasi

(yogurt, buttermilk, susu asidofilus, dan lain-lain)

Lab. bulgaricus

Str. thermophilus

Leu. mesenteroides

Lab. acidophilus

Lab. casei

Bifidobacteria spp.

Lab. reuteri

Pangan yang disuplementasi

(susu pasteurisasi, minuman-minuman)

Lab. bulgaricus

Str. thermophilus

Lab. acidophilus

Bifidobacteria spp.

Lab. reuteri

Pharmaceuticals

(tablet, kapsul, granula)

Lab. bulgaricus

Lab. acidophilus

Bifidobacteria spp.

Produk-produk health food

(cairan, kapsul, bubuk)

Lab. acidophilus

Bifidobacteria spp.

Lactobacillus spp.