Teh Hijau dan Kesehatan Gigi

Sunday, April 13, 2008

“Sora no shite oki kunate…..

Mendengar lagu tersebut, temen-temen pasti inget iklan teh hijau NU Green Tea di TV.

Teh hijau (Camellia sinensis) selain memberikan kesegaran, ternyata juga memberikan efek kesehatan, terutama kesehatan gigi. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan di Jepang, bahwa pada murid-murid Sekolah Dasar yang mengkonsumsi minuman teh hijau setiap hari secara terus menerus dan teratur ternyata kasus karies gigi hampir tidak ditemukan.

Apa Sih Karies Gigi Itu?

Karies gigi sangat mudah terjadi, terutama pada orang dengan oral hygiene (kebersihan rongga mulut) tidak bagus. Karies gigi adalah kerusakan email atau lapisan pelindung yang menyebabkan gigi berlubang. Angka karies gigi (gigi berlubang) di Indonesia sangat tinggi. Hasil penelitian Direktorat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 60-80% murid Sekolah Dasar menderita karies pada gigi permanennya. Prevalensi karies gigi telah mencapai 95%, sedangkan karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi telah menduduki peringkat pertama (32%) daftar morbiditas penyakit gigi di Indonesia. Kedua penyakit gigi ini sangat serius karena merupakan focus infection yang dapat memicu timbulnya penyakit infeksi lain yang lebih serius antara lain: sepsis, Subbacterial Endocarditis, penyakit pencernaan makanan dan penyakit degeneratif seperti kanker rahang.

Karies gigi sebagai salah satu jenis kerusakan gigi yang progresif dapat terjadi pada email, dentin, dan akar gigi. Karies gigi merupakan penyakit yang multifaktorial dengan penyebab utama kuman (bakteri), faktor kedua adalah host dan faktor ketiga adalah substrat. Karies gigi merupakan proses demineralisasi email. Email/enamel adalah bagian terkeras dari gigi, bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula (termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email akan menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan dilakukan penambalan pada permukaan gigi yang terkena karies oleh dokter gigi.

Etiologi karies gigi karena kuman (bakteri) pertama kali dikemukakan oleh Miller pada tahun 1982 dengan teorinya Chemico parasitic, yaitu karies gigi disebabkan karena adanya bakteri pada rongga mulut yang sangat kompleks baik pada air ludah maupun pada plak gigi. Berbagai penelitian menyimpulkan bahwa karies gigi merupakan penyakit infeksi. Dari bakteri Streoptococcus dalam rongga mulut yang ditemukan ternyata strain Streptococcus mutans yang dapat menyebabkan karies gigi pada permukaan bukal, lingual pit, celah oklusal, dan permukaan akar gigi. Streptococcus mutans merupakan pencetus timbulnya plak gigi karena bakteri ini dapat bertindak sebagai fasilitator berbagai bakteri lain. Plak gigi merupakan penyebab utama terbentuknya karies gigi dan penyakit jaringan penyangga gigi.

Streptococcus mutans merupakan salah satu bakteri komensal rongga mulut yang mempunyai peranan penting terhadap terjadinya karies gigi karena Streptococcus mutans mampu membuat glukosiltransferase (GTF) yang menyebabkan diproduksinya glukan dari sukrosa (gula). Glukan yang terbentuk merupakan massa seperti lumpur, pekat, tidak mudah larut, dan lengket, yang kemudian membentuk plak. Plak merupakan cikal bakal terjadinya karies gigi. Glukan yang bersifat lengket tersebut merupakan salah satu tanda virulensi yang khas untuk Streptococcus mutans. Selain itu, Streptococcus mutans sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksiapatit dengan pH terminal 3-4 yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Pada metabolisme sukrosa, Streptococcus mutans dapat mengubah glukosa menjadi polisakarida intraseluler.

Klasifikasi Teh dan Proses Pengolahannya

Secara umum berdasarkan cara pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh oolong, dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase/fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar dengan cara pemanasan atau penguapan dengan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi enzimatik terhadap kandungan katekin teh. Teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling/penggulungan daun dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi. Oleh karena itu, teh oolong disebut teh semi fermentasi.

Komponen Bioaktif Teh sebagai Zat Antikariogenik

Teh mengandung bermacam-macam zat bioaktif. Zat bioaktif dalam teh terutama merupakan golongan flavonoid. Flavonoid yang ditemukan pada teh terutama berupa flavanol dan flavonol. Selain flavonoid, teh juga mengandung asam amino bebas yang disebut sebagai L-theanin. Katekin teh merupakan flavonoid yang termasuk dalam kelas flavanol. Sedangkan Flavonol utama yang ada dalam daun teh adalah quercetin, kaempferol, dan myricetin. L-theanin (γ-ethylamino-L-glutamic acid) adalah asam amino yang unik pada tanaman teh dan merupakan komponen utama yang bertanggung jawab terhadap exotic taste.

Daun teh mengandung polifenol 30%, kafein 4%, gula dan getah 3%, asam amino 7%, mineral 4%, protein 16%, lemak 8%, klorofil dan pigmen 1.5%, pati 0.5%, serat kasar, lignin, dan lain-lain 22%. Kandungan zat kimia yang paling banyak dalam daun teh hijau adalah polifenol (katekin) sekitar 30%. Katekin teh yang utama adalah epicatechin (EC), epicatechin gallate (ECG), epigallocatechin (EGC) dan epigallocatechin gallate (EGCG). Fenol dan senyawa fenolik lain atau derivatnya dapat menyebabkan denaturasi protein akibat rusaknya susunan dan perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding sel bakteri. Fenol dan derivatnya mempunyai sifat antiseptik, anestetik dan kaustik. Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan. Beberapa persenyawaan juga bersifat fungisidal.

Zat polifenol teh telah terbukti mampu mencegah karies gigi. Karies gigi disebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini mampu memproduksi glukosil transferase (GTF) yang mengubah sukrosa menjadi glukan dan selanjutnya membentuk plak gigi. Plak ini yang merupakan cikal bakal terjadinya karies gigi. Konsentrasi penghambatan minimal dari polifenol teh terhadap pertumbuhan bakteri kariogenik (penyebab karies gigi) adalah berkisar antara 0.25 – 1.00 mg/ml. Selain mencegah pertumbuhan bakteri kariogenik, polifenol teh juga mencegah adhesi dan menghambat aktivitas GTF sehingga mencegah terbentuknya glukan yang merupakan cikal bakal plak gigi.

Teh hijau memiliki kandungan katekin yang tinggi karena pada pembuatan teh hijau tidak melibatkan proses fermentasi yang merupakan oksidasi polifenol (katekin). Oleh karena itu teh hijau dapat berfungsi sebagai minuman antikariogenik karena masih kaya akan kandungan katekin yang mampu mencegah pertumbuhan bakteri kariogenik. Sedangkan pada teh hitam, kandungan katekin sangat rendah karena pada proses pembuatannya melibatkan proses fermentasi yang merupakan proses oksidasi polifenol (katekin).

Secangkir teh hijau atau sekitar 100 ml mengandung kira-kira 50 - 100 mg polifenol. Dikemukakan juga bahwa efek pencegahan teh hijau terhadap keries gigi ternyata lebih baik dibandingkan fluor yang biasa digunakan dalam pasta gigi. Hal ini karena dalam daun teh hijau juga mengandung Flourida dengan kadar sekitar 35 - 399 ppm. Mekanisme kandungan fluorida dalam teh hijau untuk menghambat Streptococcus mutans dengan cara lain, yaitu menghambat enzim enolase, menghambat translokasi gula dalam sel, menghambat transport kation dan penimbunannya di dalam sel, serta menghambat enzim fosfatase sel yang berfungsi melepaskan fosfat dari gula untuk berikatan dengan fosfat. Apabila satu per satu senyawa yang terkandung dalam daun teh hijau dipisahkan dan dilakukan pengujian sendiri-sendiri terhadap Streptococcus mutans maka daya antibakterinya sangat kecil tetapi bila senyawa-senyawa tersebut digabungkan maka kekuatan antibakterinya akan naik secara dramatik sehingga mampu membunuh Streptococcus mutans.

0 comments: